Sukses Versi Siapa Sebenarnya?


Sukses Versi Siapa Sebenarnya?

Marangan-anganlah aku sambil ngopi, lihat orang-orang di media sosial yang kelihatan hebat: Beli rumah di umur 25, punya bisnis sendiri, keliling dunia, sampai bisa kasih hadiah mobil ke orang tua. Lanjut ku lihat diri sendiri. masih mikir besok makan apa, motor sikuda liar yang rusak-rusak, dan isi tabungan yang cuma cukup untuk belik gorengan. Trus muncul pertanyaan yang pelan-pelan jadi luka, 

“Apakah aku gagal?” Tapi sebelum jawab, aku nanya lagi: 

“Sukses versi siapanya yang lagi aku kejar?”

Ini dia. Kita sering lupa. Kita hidup terlalu lama dengan definisi sukses yang bukan dari kita. dari sekolah, kita udah dijejali: nilai bagus = pintar, kuliah tinggi = sukses, gaji besar = hidup mapan.  Padahal ada banyak jenis kecerdasan dan keberhasilan, tapi kita cuma diajari satu jalur: Yang lurus, cepat, dan harus kelihatan.

Bapa Hulman pernah bilang, “Salah satu krisis terbesar manusia modern adalah krisis makna.” Bukan karena dia nggak mampu, tapi karena dia sibuk jadi orang lain. Sibuk mengejar standar yang tidak pernah dia setujui di awal. Sukses itu jadi beban, bukan tujuan.

Nah.. sialnya, dunia ini suka kali memamerkan pencapaian. yang kaya pamer rumah, yang cantik pamer skincare, yang pintar pamer seminar.

Kita yang biasa-biasa aja mulai panik. mulai merasa KETINGGALAN. Padahal nggak semua orang harus lari di lintasan yang SAMA. Ada yang nikah muda, ada yang baru ketemu jodoh di umur 40. Ada yang kariernya naik dari usia 20-an, ada yang baru mulai usaha pas pensiun. Semua orang punya waktu masing-masing. Tapi standar sukses bikin kita merasa salah waktu, salah jalan, salah hidup.

Dunia kerja juga nggak beda jauh. Kita diajari kerja keras demi jabatan. Tapi nggak diajari untuk mencintai proses. Akhirnya, kita kelelahan mengejar pencapaian yang... kadang nggak pernah kita impikan sejak awal.

Kata seorang filsuf yang bukan kaleng-kaleng,  “Kesedihan terdalam manusia datang saat dia berhasil meraih sesuatu yang tak dia cintai.” Itu nyata. banyak orang capek bukan karena gagal, tapi karena BERHASIL... dalam hal yang SALAH.

Maka, kembali ke pertanyaan awal, Sukses versi siapa yang sedang kau kejar? Orang tua? Kawan SMA? Mantan?, atau gebetan? Coba ko tanyak ke diri sendiri. Apa arti sukses buatmu, kalau dunia sedang sepi, kalau tak ada yang melihat, kalau tak ada yang menepuk pundak?

Mungkin sukses itu bukan naik pangkat, tapi bisa tidur nyenyak tanpa gelisah. Mungkin bukan rumah besar, tapi hati yang lega. Mungkin bukan pencapaian yang bisa difoto, tapi ketenangan yang tak bisa dibeli.

Karena kalau kau terus mengejar sukses versi orang lain, hidupmu tak akan pernah sampai. KARENA ITU BUKAN JALANMU. Kau nggak harus punya definisi sukses yang megah. Cukup punya versi yang JUJUR. Karena sukses sejati bukan soal pencapaian, tapi soal keutuhan dirimu sendiri.



_Poltak, sipendongeng miskin yang tak berwawasan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta disatu ketika

ada apa dengan Krisna? [selain semua hal yang nggak penting]"

mamakku, oppung si windy || antara rekonstruksi hati