Cinta disatu ketika
“Pren... aku pergi yaa, nitip kostku”, teriakku dari parkiran motor. dia andrew's, adek kelasku yang juga tetangga kamarku di Biara murti 127B.
Hari ini niatku mau motor motoran keluar kota, ya tanpa tujuan aja, pokoknya keluar kota, berharap pada panjangnya perjalanan aku mendapatkan inspirasi, entah apapun itu, aku mau menerimanya menjadi tunjuk ajarku.
Berjam jam kususuri jalan yang berliku, tak kunjung kutemukan persinggahan yang tepat, ku cari yang teduh, tapi teduh itu terasa panas, agaknya karena matahari terlalu semangat bekerja hari ini, tapi dari semua itu, ini bukan tentang datang, pergi, singgah dan beranjak..
Yaaa inilah dia cerita asmara disatu ketika, rasanya teringin aku mengukirnya dengan tinta hitam yang pekat dan tebal, kumainkan pikiran dan sajakku dengan karsa pedih bak lolongan dirimba, tapi kelemahanku melakukannya, aku mau bercerita dengan sederhana, tentang asmara yang sirna, dan tentang kembalinya aku dalam kebekuan dibara hati yang menyala nyala.
Terlalu jauh aku berimajinasi, sampai dihadapkan pada sungai berliku yang beraliran deras berbatu, sekarang.. kemana langkah kakikan ku bawa, ke hulu ataukah kemuara?
Gemuruh suara hati menikam kebisuanku,
ketika cintaku kandas terkubur dalam jiwa,
aku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati. beku, tapi disisi lain ada yang membara, nah ga ngerti aku lagi itu entah kek manaa, akupun bingung.
disadarkan gemuruh air, dan riak sungai
menumpas lamunanku, inilah diaa cerita
tentang asmara yang sirna, yang terkubur dalam dada, setelah sekian jauh perjalanan,, sekian lama memendam,, aku kembali terduduk pada kebekuan.
kota sejuta bunga, 27 Juli 24
Komentar
Posting Komentar