Dialog Domba dan Gembala, “Siapa Sebenarnya yang Tersesat?”, Entahlah...

Dialog Domba dan Gembala, “Siapa Sebenarnya yang Tersesat?”, Entahlah... 

Jadi begini, aku menyaksikan sendiri ada seseorang yang lagi ngomel dengan domba yang kata beberapa orang, dia adalah gembalanya. 
 
Kulihat domba duduk di bawah pohon rindang, sendiri. Gembala datang tergesa, wajahnya panik seperti kehilangan muka.

Gembala: Hoyyy! Kau ke mana aja? kau tersesat!... Kawanan sudah berjalan jauh, dan aku mencarimu sejak kemarin! Capek aku lihat kau!! 

Domba ( menjawab tenang): Oh iya?, Btw tersesat menurut siapa? Menurutmu, atau menurut arah yang kau sendiri tak pernah evaluasi?, Ehh sekk.. Kita tidak sedekat itu, tapi kenapa kok berani bilang aku tersesat?, Cok cek lu peta-mu sekali lagi Heheh 

Gembala: Kau domba. Tugasmulah mengikuti. Jangan bertanya macam-macam. Kalau kau memisahkan diri, kau dimangsa serigala nanti

Domba: Justru karena itu aku berhenti. Aku mulai curiga, jangan-jangan serigala yang sebenarnya... sedang menyamar jadi gembala?, [sambil menutup mulut dengan kaki depannya, nyengir ala senyum kambing]

Gembala: Apa maksudmu? [mukanya mulai asing]

Domba: Aku hanya berpikir. Bukankah terlalu aneh, kolok kita semua berjalan terus ke depan tanpa pernah tahu ke mana kita akan sampai? Kau sendiri, kapan terakhir kali mengecek arah? Jangan-jangan kau hanya mengulangi jejak yang diwariskan dari Parmahan sebelum-mu, tanpa pernah mempertanyakan ulang apakah padang rumput itu masih ada, entah udah kering, atau entah udah dimakan kerbau si-anu sana. Atau jangan jangan padang rumput itu malah nggak ada? wkwk, sebenarnya ada, meskipun aku hanya wedus gembel, aku yakin padang rumput itu ada, cuma keknya peta yang biasa kau bawa itu salah arah deh, atau kau ga bisa baca peta kali 🤭

Gembala (kesal): Itu bukan urusanmu. Kau cukup patuh. Aku tahu jalan.

Domba: Kau tahu jalan, atau kau hanya yakin tanpa bukti? Itu dua hal yang berbeda.
Karena aku baca di batu-batu sepanjang jalan tadi, jejak kita berputar-putar. Kita mengira sudah berpindah, padahal hanya memutar dalam lingkaran.

Gembala (mengecilkan suara): Tapi kau domba. Domba tidak berpikir.

Domba: Maka itu aku keluar dari kawanan. Karena berpikir adalah tindakan yang subversif dalam sistem yang hanya minta taat, seperti lagak mu ini. 

Gembala: Tapi kawanan butuh aturan. Butuh pemimpin.

Domba: Oh yaa...dan pemimpin yang baik bukan yang takut ditanya. Tapi yang BERANI DIUJI, DIPERTANYAKAN, bahkan DILAMPAUI.

Gembala (diam. lalu bertanya perlahan):
Jadi... Fix kau memilih tersesat?

Domba: Tidak. Aku memilih BERPIKIR. Kalau itu disebut tersesat, maka barangkali, selama ini, kita telah keliru menyebut arah.


Domba itu akhirnya tak kembali. Tapi entah kenapa kok bisa dia menemukan padang rumput, ada sungainya lagi, padang rumput itu terasa lebih luas. Agaknya, karena satu domba berani bertanya, yang lain mulai ragu...atau malah TERBUAI dengan dongengan si-gembala. Apakah mereka sedang berjalan menuju padang, atau sedang digiring menuju jurang, tapi itu bukan urusan si-wedus gembel yang katanya tersesat tadi. 
Jadi, siapa sebenarnya yang TERSESAT atau Hilang?, Entahlah... Aku dibentuk bukan untuk PENILAI jalan hidup makhluk lain.



si-wedus gembel yang katanya HILANG.
Ladang 1981: Atap tanah Jawa 23-A/May 2025 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta disatu ketika

ada apa dengan Krisna? [selain semua hal yang nggak penting]"

mamakku, oppung si windy || antara rekonstruksi hati