Bab III: Poltak, Marsha dan Rasa yang tak terucap
(lanjutan dari “Poltak, Marsha, dan Rasa yang Tak Terucap”)
suara dari Marsha, bukan dalam balutan cinta yang sama, tapi dalam kejujuran yang pahit dan getir. Ini bukan balasan yang diharapkan Poltak, tapi mungkin inilah kenyataan yang harus ia peluk.
Dari Marsha, Untuk Poltak (Yang Tak Pernah Aku Tahu cara Mencintai)
Bang Poltak,
Aku ga tahu harus mulai dari mana, karena surat ini pun kutulis bukan karena cinta, tapi karena rasa bersalah yang belum pernah kutahu harus ke mana dibawa.
Aku menemukan suratmu, entah bagaimana bisa sampai di tanganku. Atau mungkin takdir punya cara sendiri untuk mempermainkan rasa yang tidak pernah setara.
Kau tahu, aku selalu MENGANGGAPMU rumah yang hangat. Seseorang yang mendengar tanpa harus diundang. Kakak dari sahabatku, yang diam-diam jadi pelindung tanpa pernah kuminta. Tapi aku tak pernah membaca gesturmu sebagai tanda. Tak pernah tahu ada hati yang menunggu dalam diam.
Jika aku tahu lebih awal, mungkin aku akan bersikap lebih hati-hati. Mungkin aku akan menjaga jarak, bukan karena tak suka, tapi karena takut menjadi alasan seseorang TERLUKA tanpa sengaja.
Poltak, maaf… aku tidak pernah menyukaimu dengan cara yang sama. bukan karena kau kurang, tapi karena hatiku tidak memilih ke ARAH itu. Aku tahu ini akan menyakitimu, dan mungkin aku jahat karena menuliskannya sekarang. Tapi lebih jahat lagi kalau aku membiarkanmu terus berharap dalam SUNYI yang tidak pernah kujawab.
Kau lelaki baik, sungguh. tapi aku hanya bisa mencintaimu seperti aku mencintai Ika, dengan cara yang hangat tapi tak pernah bergelora. dan tidak ada yang salah dari itu. Yang salah adalah dunia, mungkin, yang MEMPERTEMUKAN kita hanya untuk saling mengenal tanpa bisa memiliki.
Jika kau masih menyebut namaku dalam doamu, sebutlah sebagai KENANGAN YANG TELAH USAI. Bukan sebagai luka yang terus kau peluk. Karena kau layak untuk BAHAGIA, Poltak. Layak dicintai oleh perempuan yang akan membalas tatapanmu dengan rasa yang sama.
Dan aku,
aku hanya akan menjadi bagian dari cerita yang tak pernah kau BUKA lagi.
Maafkan aku. Dan terima kasih…karena pernah mencintaiku dengan begitu diam dan tulusnya.
_Marsha
Dan begitulah cinta yang tak pernah berpijar di dua hati. Poltak mencintai dalam diam, Marsha berjalan tanpa pernah menoleh. Tak ada dendam. Hanya dua manusia yang saling ASING di balik kenangan yang sama. SELESAI Gulat batin Poltak dengan Marsha, dan Ika sibuk dengan urusannya, tak pernah teringat, tak pernah bertanya, semua SELESAI tanpa jejak.
Tembalang, Poltak sipendongeng miskin yang tak berwawasan
Komentar
Posting Komentar