Bagian II: Poltak, Marsha dan Rasa yang tak terucap
“Surat yang Tak Pernah Sampai”.
(lanjutan dari “Poltak, Marsha, dan Kenangan yang Tak Terucap”)
Tahun-tahun telah berlalu sejak nama Marsha hanya hidup dalam diam. Poltak telah tumbuh dalam ketenangan yang DIBUAT-BUAT, menjalani hari-hari dengan cara yang paling sopan terhadap luka, pura-pura sembuh. Sampai suatu pagi yang tak biasa, saat ia menerima sebuah amplop. tanpa alamat pengirim, hanya secarik kertas putih di dalamnya, bertuliskan:
“Masihkah kau mengingatku?”
Tangannya gemetar. waktu seperti berputar balik. Tak perlu tanda tangan, tak perlu foto. Ia tahu, ini dari MARSHA.
Ia tak menjawab surat itu. bukan karena tak mau, tapi karena terlalu banyak yang ingin ia katakan, dan terlalu sedikit yang akan dimengerti. Maka malam itu, Poltak menulis. Sebuah surat, satu-satunya surat, yang ia tahu tak akan pernah dikirim:
Untuk Marsha,
Maaf jika surat ini terlambat, karena aku butuh waktu seumur hidup untuk menyadari bahwa aku tak akan pernah cukup berani menyapa masa lalu dengan kata “selamat datang kembali.” Aku tidak tahu harus menjawab “masihkah kamu mengingatku?” dengan apa. Karena namamu tidak pernah benar-benar hilang, ia hanya aku simpan terlalu dalam, di sudut hati yang bahkan aku sendiri takut menyentuhnya.
Aku mencintaimu, Marsha. dengan cara yang takkan pernah kau tahu. dengan rasa yang tidak pernah aku beri nama, karena aku terlalu sadar: namamu dan namaku ditulis di dua halaman yang berbeda.
Tapi kolok kau tanya, apa aku pernah melupakanmu? Tidak. Tidak sedetik pun. Karena beberapa nama tidak tinggal di ingatan, mereka tinggal di dada. Salamku untukmu, dari seseorang yang mencintaimu tanpa pernah kau sadari, dan akan tetap begitu, meski dunia terus berlalu.
_Poltak
Surat itu ia lipat rapi, ia taruh di antara lembaran buku hariannya, di halaman yang paling ia jaga. Ia tidak pernah membalas Marsha dengan surat lain. Tapi ia tahu, jawabannya sudah tertulis, bukan di kertas, tapi di hidup yang terus BERJALAN, dengan bayang-bayang yang tetap TINGGAL. Karena tidak semua yang datang harus diminta kembali. dan tidak semua yang HILANG harus DICARI. Beberapa cinta cukup hidup sebagai GEMA, yang hanya bisa didengar oleh mereka yang pernah DIAM terlalu lama.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar